Penelitian terbaru menunjukkan kehamilan dapat mengubah otak. Sebuah studi yang dilakukan pada tikus betina, menunjukkan adanya dua hormon yang diproduksi lebih banyak selama kehamilan. Hormon itu mengubah sirkuit pada otak yang mengendalikan pola perilaku mengasuh anak.
Hasil studi tersebut diunggah ke jurnal Science.org pada 5 Oktober 2023, dikutip oleh NPR . Perubahan selama kehamilan membuat otak hewan lebih responsif terhadap bau dan suara bayi tikus, dan tampaknya merombak "sirkuit parenting" pada otak agar bekerja lebih efisien, kata Jonny Kohl, pemimpin kelompok penelitian tersebut yang berasal dari The Francis Crick Institute di London. Hormon kehamilan yang sama mungkin juga mengubah otak mamalia lain, termasuk manusia, kata para ilmuwan.
“Setiap wanita yang pernah hamil pasti berkata otak mereka tidak pernah lagi sama,” kata Margaret McCarthy, profesor farmakologi di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland. Chord dan Lirik Lagu Karo Nakil Dipopulerkan UsmanGinting Penelitian: Tikus Alami Perubahan pada Otaknya selama Kehamilan, Pengaruhi Perilaku Mengasuh Anak
Hasil Survei Capres 2024 Terbaru Hari Ini, Elektabiilitas Capres Terkuat Versi 3 Lembaga Survei Halaman 4 Lagu Habbaitak Yaumatlaqina Lirik Latin dan Artinya Waspada Infeksi Telinga pada Anak, dr. Arne Paparkan Tanda tandanya, Termasuk Perubahan Perilaku
Nasib Pegawai Puskesmas Ngamuk ke Pasien Tak Bawa Kartu BPJS, Kapus Langsung Tindak: Tidak Ada Kartu Halaman 3 Meskipun otak manusia jauh lebih rumit daripada otak tikus, kata McCarthy, temuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa ibu yang baru melahirkan mengalami depresi, atau gagal menjalin ikatan dengan bayinya. “Jika ada kontribusi hormonal dan biologis dalam menjadi ibu, hal ini pasti bisa berakibat buruk,” katanya.
Penelitian ini dirancang untuk menjelaskan perubahan perilaku dramatis pada tikus betina. “Tikus betina yang tidak berpengalaman secara seksual biasanya mengabaikan anak anak atau menunjukkan tingkat perilaku yang sangat rendah sebagai orang tua,” kata Kohl. Mereka tidak merawat anak anaknya atau membawa kembali anak anaknya yang meninggalkan sarang.
Di alam liar, tikus betina yang masih perawan bahkan bisa membunuh bayi tikus lain. Namun, kehamilan mengubah semua itu. "Setelah melahirkan, para ibu sangat berperan sebagai orang tua. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk merawat bayinya,” kata Kohl.
Perilaku ini dikendalikan oleh jaringan otak yang dikenal sebagai sirkuit parenting, yang ada untuk memastikan pengasuhan anak secara optimal, kata Kohl. Kohl dan tim ilmuwan berpendapat sirkuit ini mungkin dipengaruhi oleh dua hormon yang diproduksi dalam jumlah lebih banyak selama kehamilan. Salah satunya adalah estradiol, suatu bentuk estrogen yang antara lain mempersiapkan rahim untuk menopang janin.
Hormon lainnya adalah progesteron, hormon seks yang membantu menjaga kehamilan. Kohl dan timnya mengamati bagaimana hormon hormon tersebut memengaruhi sel sel otak yang disebut neuron galanin, yang terlibat dalam perilaku kawin dan mengasuh anak atau parenting. Tim menemukan bahwa estradiol mengubah neuron sedemikian rupa sehingga membuat hewan tersebut lebih responsif terhadap bau dan suara bayi tikus.
Namun, efeknya memudar seiring pertumbuhan anak anaknya. Progesteron menyebabkan neuron galanin membentuk koneksi baru, secara permanen mengubah sirkuit pengasuhan sehingga membuatnya lebih efisien. Tim mendemonstrasikan efek ini menggunakan tikus yang kekurangan neuron galanin di area kritis otak atau memiliki neuron galanin yang tidak memiliki reseptor yang memungkinkan mereka merespons estradiol dan progesteron.
“Ketika kami menghapus reseptor tersebut, program untuk menjadi seorang ibu juga sepenuhnya etrhapus,” kata Rachida Ammari, anggota laboratorium Kohl sekaligus penulis utama makalah tersebut. Tanpa neuron dan reseptor, tikus yang melahirkan bahkan tidak mau berusaha menyusui anaknya. Eksperimen lain menunjukkan pengaktifan reseptor hormon ini secara artifisial menyebabkan tikus perawan dapat bertindak seperti ibu.
Peran hormon dalam pola asuh manusia mungkin lebih halus, kata McCarthy. Salah satu alasannya adalah orang orang menghabiskan waktu bertahun tahun untuk mengamati perilaku orang tua sebelum mereka secara fisik mampu menjadi orang tua. "Manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman sehingga sulit untuk mengisolasi peran hormon," kata McCarthy.
Meski begitu, katanya, menyadari peran hormon kehamilan dalam mengasuh anak adalah hal yang penting, karena hal ini menunjukkan adanya alasan biologis mengapa beberapa wanita tidak memiliki ikatan dengan anak anak mereka. “Ketika peran sebagai ibu pada manusia gagal, hal ini akan dinilai dengan sangat kejam,” kata McCarthy. “Seperti mereka gagal sebagai seorang wanita.” Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.