Harga minyak mentah sedikit mengalami penurunan pada Jumat (10/11/2023) karena kekhawatiran akan gangguan pasokan akibat konflik Israel Hamas mulai mereda. Minyak mentah berjangka Brent berada di angka 80,01 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 7 sen menjadi 75,67 dolar AS per barel. “Ancaman gangguan pasokan dari Timur Tengah terus menurun,” kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
“Konflik masih dapat diatasi dengan baik di Gaza, meskipun ada kekhawatiran bahwa konflik akan meningkat karena negara negara tetangga Arab menunjukkan ketidaksenangan mereka,” sambungnya. Perasaan bahwa gangguan pasokan akibat konflik Israel Hamas mulai mereda terjadi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap permintaan, terutama dari China, importir minyak terbesar di dunia. Data ekonomi China yang lemah pekan ini meningkatkan kekhawatiran akan anjloknya permintaan. Selain itu, pabrik penyulingan di China, pembeli minyak mentah terbesar dari eksportir minyak Arab Saudi meminta lebih sedikit pasokan untuk Desember mendatang.
Kecelakaan Maut, Sopir Pikap Tewas di TKP, Diduga Mengantuk Lalu Tabrak Mobil Melaju Kencang di Jalan Bergelombang, Mobil Hilang Kendali Tabrak Tiang Viral Mobil Tabrak Belasan Sepeda Motor di Jalan HOS Cokroaminoto
BEREDAR Kabar Prabowo Jatuh Sakit, Jokowi Ikut Angkat Bicara, Prabowo Langsung Balas Joget Gemoy Halaman 3 Hanya Satu dari Jovic dan Oliver Giroud yang Akan Bertahan di AC Milan Usai Bursa Transfer Juni Kunci Jawaban IPA Kelas 9 Halaman 36 Semester 2: Menghitung Transformator dengan Benar Halaman 3
Meski demikian, analis di Citi Group memperkirakan tekanan ke bawah akan mereda dan harga akan pulih setelah jatuh ke level terendah sejak Juli 2023. “Kami memperkirakan harga akan berkonsolidasi, dan kami mempertahankan perkiraan harga jangka pendek dengan dukungan yang diharapkan datang dari pelonggaran pemeliharaan kilang dan pergeseran risk reward bagi investor setelah aksi jual baru baru ini,” kata analis itu. “Memang terdapat banyak risiko kenaikan dibandingkan level saat ini, potensi (Organisasi Negara negara Pengekspor Minyak dan sekutunya) untuk mengambil tindakan untuk mempertahankan harga, sementara risiko pasokan di Timur Tengah tetap tinggi,” pungkasnya.